Rabu, 11 Oktober 2017

WELCOME TO KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN


SELAMAT DATANG PADA SITUS "KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN'  HALAMAN  INI MERUPAKAN TEMPAT UNTUK BERINTERAKSI ANTARA DOSEN DENGAN MAHASISWA, MAHASISWA DENGAN MAHASISWA, SERTA DOSEN, MAHASISWA, DENGAN SUMBER BELAJAR. 

SERING TERJADI, PERKULIAHAN TIDAK DAPAT BERLANGSUNG TANPA KEHADIRAN DOSEN DALAM RUANG KELAS. PERKULIAHAN SEPERTI INI DISEBUT PERKULIAHAN TATAP MUKA (FACE TO FACE MEETING). SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK), PERKULIAHAN SEHARUSNYA TIDAK LAGI MENGANDALKAN KEKUATAN FACE TO FACE (F2F) YANG TERPUSAT PADA DOSEN, TETAPI JUGA HARUS DIARAHKAN PADA PEMANFAATAN TEKNOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR. PERKULIAHAN YANG MEMADUKAN ANTARA KEDUA SUMBER TERSEBUT DISEBUT DENGAN BLENDED LEARNING.  

DALAM SETTING PEMBELAJARAN JARAK JAUH, PERKULIAHAN SERING DILAKUKAN SECARA ONLINE SAJA BAIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ASINGKONUS (MENGANDALKAN WEBSITE) MAUPUN YANG DILAKUKAN SECARA SINGKRONUS (MELALUI TELEKONFERENS/LIVE). NAMUN DEMIKIAN, UNTUK SITUASI DI INDONESIA SECARA UMUM, SISTEM PEMBELAJARAN ONLINE MASIH MENGALAMI KENDALA KONEKTIVITAS PERALATAN/INTERNET YANG TERBATAS. ITULAH SEBABNYA, PEMBELAJARAN BLENDED SANGAT DIBUTUHKAN.

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BLENDED MERUPAKAN TUNTUTAN AGAR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAPAT TETAP TERJAGA WALAUPUN TIDAK DILAKUKAN DI DALAM RUANG KELAS KARENA  HARI LIBUR, FAKTOR KESIBUKAN, ATAU ALASAN SAKIT  DAN SEBAGAINYA. DI SINI RANCANGAN PEMBELAJARAN SANGAT MENENTUKAN UNTUK MEMBAGI PADA SAAT MANA PEMBELAJARAN DAPAT DILAKUKAN SECARA F2F, BLENDED, ATAU ONLINE SAJA.

SELAMAT MENIKMATI PERKULIAHAN INI

KUMPULAN MAKALAH



MAKALAH MAHASISWA PAI I


1.  Tamdin

2.

3.

4.

5. 



MAKALAH MAHASISWA PAI II


1. Ahmad Syahruddin Azis

2.

3.

4.

5.


MAKALAH PAI NON-REGULER


1.  SATTURI 





BAHAN DISKUSI KELAS PAI II

DISKUSI 1

MEMAHAMI DESAIN PEMBELAJARAN

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Proses desain sistem pembelajaran menghasilkan suatu rencana atau blueprint untuk mengarahkan pengembangan pembelajaran. Blueprint disebut pula prototipe, suatu versi fungsional dari satuan pembelajaran, biasanya masih dalam bentuk yang belum selesai, di mana efektivitas dan efisiensinya masih perlu diuji. Terdapat empat kawasan desain, yakni (1) desain sistem pembelajaran, (2) desain pesan, (3) desain strategi pembelajaran, (4) desain karakteristik peserta didik.
Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisir yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan dalam hal ini merupakan perencanaan untuk memanipulasi bentuk fisik pesan yang mencakup pesan, belajar dan pembelajaran, media, dan desain pesan itu sendiri. Desain strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan dalam suatu pelajaran. Desain karakteristik peserta didik segi-segi latar belakang pengalaman peserta didik yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.
Pembelajaran dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam menfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari. Jadi, desain pembelajaran berhubungan dengan memahami, memperbaiki, dan menerapkan metode pembelajaran. Desain pembelajaran juga berarti lebih dari menciptakan pembelajaran secara harfiah. Dengan demikian, definisi desain pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni (1) sebagai suatu proses, (2) sebagai  suatu disiplin, (3) ilmu pengetahuan, (4) sebagai realitas.
Desain pembelajaran diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi. Bukan pembelajaran yang mengandalkan metode ceramah yang sering tidak terkontrol dan terkadang “ngawur” tanpa arah yang jelas.  Efektif berarti melakukan sesuatu dengan benar (doing the things right) dan efisien berarti melaksanakan sesuatu yang benar (doing the right things).

Karakteristik desain pembelajaran adalah  (1) berpusat pada peserta didik, (2) berorientasi tujuan, (3) terfokus pada pengembangan atau perbaikan kinerja peserta didik, (4) mengarahkan hasil yang dapat diukur melalui cara yang valid dan dapat dipercaya, (5) bersifat empiris, berulang, dan dapat dikoreksi sendiri,  (6) upaya bersama dalam tim. 

PERTANYAAN

a.    Mengapa desain pembelajaran itu penting untuk dipelajari?
B.  Apa makna ungkapan Jhon Dewey berikut ini bagi Anda?
Yang perlu dipelajari itu adalah anak, bukan mata pelajaran yang menentukan kualitas dan kuantitas belajar.



FORUM DISKUSI ONLINE



DISKUSIKAN TOPIK-TOPIK YANG TELAH DIBERIKAN. PERHATIKAN ARAH PERTANYAAN AGAR DAPAT MENJAWAB SECARA PERINCI DAN SISTEMATIS!


BAHAN DISKUSI KELAS PAI I




DISKUSI 2


DISKUSI 3


DISKUSI 4


DISKUSI 5 


DISKUSI 6



BAHAN DISKUSI KELAS PA  II




DISKUSI 2


DISKUSI 3


DISKUSI 4


DISKUSI 5 


DISKUSI 6


BAHAN DISKUSI KELAS PAI I

 DISKUSI 1

MEMAHAMI DESAIN PEMBELAJARAN

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Proses desain sistem pembelajaran menghasilkan suatu rencana atau blueprint untuk mengarahkan pengembangan pembelajaran. Blueprint disebut pula prototipe, suatu versi fungsional dari satuan pembelajaran, biasanya masih dalam bentuk yang belum selesai, di mana efektivitas dan efisiensinya masih perlu diuji. Terdapat empat kawasan desain, yakni (1) desain sistem pembelajaran, (2) desain pesan, (3) desain strategi pembelajaran, (4) desain karakteristik peserta didik.
Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisir yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan dalam hal ini merupakan perencanaan untuk memanipulasi bentuk fisik pesan yang mencakup pesan, belajar dan pembelajaran, media, dan desain pesan itu sendiri. Desain strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan dalam suatu pelajaran. Desain karakteristik peserta didik segi-segi latar belakang pengalaman peserta didik yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.
Pembelajaran dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam menfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari. Jadi, desain pembelajaran berhubungan dengan memahami, memperbaiki, dan menerapkan metode pembelajaran. Desain pembelajaran juga berarti lebih dari menciptakan pembelajaran secara harfiah. Dengan demikian, definisi desain pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni (1) sebagai suatu proses, (2) sebagai  suatu disiplin, (3) ilmu pengetahuan, (4) sebagai realitas.
Desain pembelajaran diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi. Bukan pembelajaran yang mengandalkan metode ceramah yang sering tidak terkontrol dan terkadang “ngawur” tanpa arah yang jelas.  Efektif berarti melakukan sesuatu dengan benar (doing the things right) dan efisien berarti melaksanakan sesuatu yang benar (doing the right things).

Karakteristik desain pembelajaran adalah  (1) berpusat pada peserta didik, (2) berorientasi tujuan, (3) terfokus pada pengembangan atau perbaikan kinerja peserta didik, (4) mengarahkan hasil yang dapat diukur melalui cara yang valid dan dapat dipercaya, (5) bersifat empiris, berulang, dan dapat dikoreksi sendiri,  (6) upaya bersama dalam tim. 

PERTANYAAN

a.    Mengapa desain pembelajaran itu penting untuk dipelajari?
B.  Apa makna ungkapan Jhon Dewey berikut ini bagi Anda?
Yang perlu dipelajari itu adalah anak, bukan mata pelajaran yang menentukan kualitas dan kuantitas belajar.


KUIS, UTS, DAN UAS



KUIS

KUIS UNTUK KELAS PAI I


KUIS 2

KUIS 3

KUIS 4

KUIS 5

KUIS 6

KUIS 7

KUIS 8

KUIS 9

KUIS 10



KUIS UNTUK KELAS PAI II


KUIS 2

KUIS 3

KUIS 4

KUIS 5

KUIS 6

KUIS 7


KUIS UNTUK KELAS PAI NON-REGULER


KUIS 2

KUIS 3

KUIS 4

KUIS 5

KUIS 6

KUIS 7


UJIAN TENGAH SEMESTER









WELCOME TO KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN


SELAMAT DATANG PADA SITUS "KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN'  HALAMAN  INI MERUPAKAN TEMPAT UNTUK BERINTERAKSI ANTARA DOSEN DENGAN MAHASISWA, MAHASISWA DENGAN MAHASISWA, SERTA DOSEN, MAHASISWA, DENGAN SUMBER BELAJAR. 

SERING TERJADI, PERKULIAHAN TIDAK DAPAT BERLANGSUNG TANPA KEHADIRAN DOSEN DALAM RUANG KELAS. PERKULIAHAN SEPERTI INI DISEBUT PERKULIAHAN TATAP MUKA (FACE TO FACE MEETING). SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK), PERKULIAHAN SEHARUSNYA TIDAK LAGI MENGANDALKAN KEKUATAN FACE TO FACE (F2F) YANG TERPUSAT PADA DOSEN, TETAPI JUGA HARUS DIARAHKAN PADA PEMANFAATAN TEKNOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR. PERKULIAHAN YANG MEMADUKAN ANTARA KEDUA SUMBER TERSEBUT DISEBUT DENGAN BLENDED LEARNING.  

DALAM SETTING PEMBELAJARAN JARAK JAUH, PERKULIAHAN SERING DILAKUKAN SECARA ONLINE SAJA BAIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ASINGKONUS (MENGANDALKAN WEBSITE) MAUPUN YANG DILAKUKAN SECARA SINGKRONUS (MELALUI TELEKONFERENS/LIVE). NAMUN DEMIKIAN, UNTUK SITUASI DI INDONESIA SECARA UMUM, SISTEM PEMBELAJARAN ONLINE MASIH MENGALAMI KENDALA KONEKTIVITAS PERALATAN/INTERNET YANG TERBATAS. ITULAH SEBABNYA, PEMBELAJARAN BLENDED SANGAT DIBUTUHKAN.

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BLENDED MERUPAKAN TUNTUTAN AGAR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAPAT TETAP TERJAGA WALAUPUN TIDAK DILAKUKAN DI DALAM RUANG KELAS KARENA  HARI LIBUR, FAKTOR KESIBUKAN, ATAU ALASAN SAKIT  DAN SEBAGAINYA. DI SINI RANCANGAN PEMBELAJARAN SANGAT MENENTUKAN UNTUK MEMBAGI PADA SAAT MANA PEMBELAJARAN DAPAT DILAKUKAN SECARA F2F, BLENDED, ATAU ONLINE SAJA.

SELAMAT MENIKMATI PERKULIAHAN INI

Senin, 29 Mei 2017

BAHAN DISKUSI PAI 2

MENGEMBANGKAN BAHAN PEMBELAJARAN
BY : Hartawati / 80200215038

Beberapa istilah yang berhubungan dengan bahan pembelajaran (instructional materials) adalah bahan (material) dan bahan ajar (learning materials. Semuanya mengacu pada seperangkat bahan yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran yang bersumber dari bahan cetak, alat bantu visual, audio, video, multimedia dan animasi, serta komputer dan jaringan. Pentingnya bahan pembelajaran mencakup tiga elemen penting, yakni: (1) sebagai representasi sajian guru, dosen, atau instruktur; (2) sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran; dan (3) sebagai optimalisasi pelayanan terhadap peserta didik.
Pengembang pembelajaran berperan sebagai pengembang sekaligus pengembang materi, dan sebagai guru, dosen, atau instruktur bukan hanya sebagai pemberi pembelajaran yang sehari-hari berdiri di depan kelas untuk menyajikan materinya, melainkan juga sebagai pengembang pembelajaran termasuk juga mengembangkan bahan pembelajaran. Pengembang pembelajaran yang bukan guru, dosen, atau instruktur harus bekerja sama dengan para pengembang kurikulum, ahli konten, tim yang bertanggung jawab pada desain, pengembangan, dan implementasi pendidikan dan pelatihan, tim yang berasal dari konsultan pengembang pembelajaran, personel pelatih atau instruktur, guru dan staf pengajar yang terdapat di universitas khususnya dalam fakultas dan jurusan pendidikan.
Dilihat dari segi format atau bentuknya, bahan pembelajaran dapat dibagi tiga jenis, yakni bahan cetak ; biasanya dalam bentuk buku kerja modular, bahan bukan cetak ; dapat berupa audio, video, dan computer. dan kombinasi cetak dan bukan cetak. Dilihat dari sistem pelaksanaan dan pengembangannya bahan ajar dapat diklasifikasi ke dalam tiga bentuk , yakni: (1) sistem pembelajaran mandiri, (2) sistem pembelajaran tatap muka, dan (3) sistem pembelajaran kombinasi, yang terakhir ini terkenal dengan istilah blended learning yang merujuk pada penggabungan dari dua lingkungan belajar yang berbeda; ruang kelas tatap muka secara tradisional dan kegiatan belajar bermendiasikan komputer. Terdapat enam langkah pengembangan bahan pembelajaran yakni mempersiapkan garis-garis besar bahan pembelajaran, melakukan penelitian, menguji bahan pembelajaran yang tersedia, menyusun atau memodifikasi bahan yang tersedia, menyediakan dan membuat bahan pembelajaran, dan menyeleksi atau menyediakan aktivitas pembelajaran. Keenam langkah kemudian disederhanakan menjadi tiga langkah, yakni memilih tema atau topik yang sesuai, menetapkan kriteria, dan menulis atau menyusun bahan pembelajaran baru.




PERTANYAAN
Setelah membaca materi tentang “Mengembangkan Bahan Pembelajaran” dapat dipahami betapa pentingnya sebuah bahan pembelajaran di dalam suatu pendidikan, olehnya itu saya meminta agar kiranya dapat digambarkan bagaimana kriteria mengembangkan sebuah bahan pembelajaran yang baik dan benar!

Sabtu, 13 Mei 2017

BAHAN DISKUSI PAI 2

MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
By: Andi Syahriani Nur / 80300215003

  1. Pengertian Pendekatan, Strateg, Teknik, , dan Taktik Pembelajaran
Pendekatan merupakan sudut pandang bagi guru, dosen, atau instruktur atau pengembang terhadap proses pembelajaran, seperti pendekatan yang berpusat pada guru, dosen, atau instruktur dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif, atau pembelajaran ekspositori. Adapun, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Tidak semua metode cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, pemberian tugas dan resitasi, tanya jawab, pemecahan masalah (problem solving), sistem regu, metode latihan, karyawisata, ekspositori, inkuiri, kontekstual, bermain peran, induktif, dan deduktif.
Teknik bersifat implementasi yang terjadi dalam ruang kelas. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Adapun taktik dalam pembelajaran merupakan gaya yang diperankan oleh pendidik secara individu (yang berbeda dengan pendidik lainnya) dalam mengimplementasikan teknik atau metode tertentu.
Strategi kadang-kadang dipahami sebagai keseluruhan rencana yang mengarahkan pengalaman belajar, seperti mata pelajaran, mata kuliah, atau modul. Strategi mencakup cara yang direncanakan oleh pengembang pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran makro adalah  berbagai aspek untuk memilih strategi penyampaian, urutan, dan pengelompokan rumpun (cluster) isi, menggambarkan komponen belajar yang dimasukkan dalam pembelajaran, menentukan bagaimana peserta didik dikelompokkan selama pembelajaran. Adapun strategi mikro adalah berbagai aktivitas pembelajaran, seperti diskusi kelompok, membaca independen, studi kasus, ceramah, simulasi computer, lembar kerja, dan proyek kelompok kooperatif.
  1. Komponen Umum Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran menggambarkan komponen umum materi pembelajaran dan prosedur yang digunakan dalam mencapai hasil. Konsep pembelajaran tergambar dalam peristiwa pembelajaran. Peristiwa belajar menggambarkan aktivitas peserta didik dalam menerima, mempraktikkan, menciptakan, dan lain-lain.  Dapat dipahami bahwa, belajar hanya bisa terjadi jika terjadi aktivasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran menggambarkan paling tidak ada tiga kategori utama, sebagai berikut:
    1. Belajar dipandang sebagai suatu proses internal yang terjadi pada individu yang mentransformasi stimulasi dari lingkungan individu ke dalam sejumlah bentuk informasi yang berkembang secara progresif untuk membangun memori jangka panjang.
    2. Kemampuan dan kinerja sebagai hasil belajar yang diselenggarakan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian utama, pertama, berorientasi praktis, dan kedua berorientasi teoretis.
    3. Sementara peristiwa pembelajaran yang mendukung proses belajar merujuk pada kategori-kategori umum tanpa tergantung dari hasil belajar yang diharapkan, pelaksanaan yang menopang peristiwa pembelajaran berbeda-beda dari masing-masing kelima kategori kemampuan.
Secara perinci, pembahasan mengenai strategi pembelajaran terdiri dari empat komponen utama, yaitu: (1) urutan kegiatan pembelajaran, (2) metode, (3) media, dan (4) waktu. Selanjutnya adalah komponen metode pembelajaran. Komponen metode pembelajaran mencakup beberapa metode yang disesuaikan dengan langkah-langkah pada urutan kegiatan. Setiap langkah dapat disesuaikan dengan satu atau lebih metode tergantung dari metode mana yang cocok dengan tujuan, materi, dan jenis media yang digunakan.Terakhir adalah komponen waktu, yakni jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan dalam menyelesaikan setiap langkah dalam urutan pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan mengenai komponen utama dalam strategi pembelajaran sebagaimana diberikan di atas, maka strategi pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam pembahasan terdiri atas tiga elemen penting, yaitu, (1) aktivitas pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) media pembelajaran. Dengan demikian, yang dimaksud dengan mengembangkan strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan ketiga elemen aktivitas, metode, dan media pembelajaran.
  1. Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran
Secara sederhana, aktivitas merupakan tugas dalam pembelajaran yang melibatkan pengalaman dan partisipasi langsung peserta didik. Aktivitas pembelajaran sering disebut dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang merujuk pada berbagai aktivitas mulai dari aktivitas pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut penjelasan setiap aktivitas belajar diantaranya:
    1. Aktivitas Pendahuluan
Aktivitas pendahuluan adalah suatu bentuk aktivitas awal untuk memberikan motivasi, menginformasikan pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang harus dikuasai, dan tujuan atau standar kompetensi yang akan diperoleh dalam pembelajaran. John Keller memperkenalkan pendekatan metode ARCS untuk menjadi dasar dalam membangun motivasi peserta didik, yang disimpulkan sebagai berikut:
A = Attention (perhatian).
R = Relevance (hubungan).
C = Confidence (keyakinan).
S = Satisfacation (Kepuasan).
    1. Aktivitas Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
    1. Aktivitas Penutup
Aktivitas penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
  1. Mengembangkan Metode Pembelajaran
Khusus mengenai definisi metode pembelajaran banyak istilah yang sering digunakan seperti metode mengajar (teaching methods), strategi mengajar (teaching strategies), dan metode pembelajaran itu sendiri (instructional methods). Metode adalah alat atau cara yang digunakan untuk mengajarkan materi pembelajaran kepada peserta didik. Pemilihan metode tergantung pada apa yang ingin diajarkan (kontent), siapa yang diajarkan,dan tingkat kemampuan yang diharapkan. Untuk lebih rincinya yang dimaksudkan dengan metode pembelajaran adalah alat, cara, atau aktivitas yang digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran.
Banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajarn. Dalam buku ini penulis menyajikan 24 metode pembelajaran yang dihubungkan dengan kecerdasan jamak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan guru, dosen, atau instruktur dalam memilih metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat di dalam buku mengenai macam – macam metode pembelajaran yang dihubungkan dengan kecerdasan jamak.
  1. Mengembangkan Media Pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran di sini mengarah pada pemilihan media yang digunakan dalam pembelajaran. Media yang dimaksud mencakup media cetak, objek nyata, visual, audio, audiovisual, video, multimedia atau internet.
Media Pembelajaran itu sendiri adalah peralatan untuk menyediakan lingkungan yang kaya terhadap ransangan atau dorongan. Adapun Pengembangan media di sini harus merujuk pada pemilihan media yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran. Selain itu, dijabarkan pula macam – macam media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi, dan metode pembelajaran. Tiare dalam Smaldino, Lowther dan Russel memberikan petunjuk teknis dalam memilih media pembelajaran yang sesuai, sebagai berikut:
  • Searah dengan standar, tujuan pembelajaran (umum dan khusus).
  • Kesesuaian umur dan kemampuan bahasa.
  • Tingkat kemenarikan dan ketrlibatan jika media itu digunakan.
  • Kualitas teknik yang merujuk pada keterjangkauan media yang dipilih.
  • Kemudahan penggunaan dan pengoprasiannya.
  • Bebas Bias: termasuk gender, suku, ras, agama dan letak geografis.
  • Dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya.
Selanjutnya, Sen (2012) memberikan empat petunjuk yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yakni:
    • Memperhatikan tujuan penggunaan media.
    • Menentukan domain mana yang perlu diarahkan; kognitif, afektif, dan psikomotor.
    • Mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan media.
    • Menyeleksi media pembelajaran yang sesuai.

PERTANYAAN
  1. Apakah perbedaan antara model pembelajaran dan desain pembelajaran? Jelaskan!
  2. Jelaskan perbedaan strategi pembelajaran induktif dan deduktif!
  3. Bagaimanakah cara mengembangkan strategi pembelajaran yang baik?
  4. Jelaskan tahapan tahapan dalam memilih media pembelajaran! Serta apa yang harus diperhatikan dalam memilih media pwmbelajaran!

BAHAN DISKUSI PAI 2

MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN
Oleh: Andi Aman
Kelas: PAI 2
Bahan Diskusi 4
Penilaian merupakan bagian integral dalam pembelajaran. Banyak istilah yang sering digunakan dalam hubungannya dengan penilaian, yakni pengukuran, evaluasi, tes dan penilaian itu sendiri. Namun secara teknis istilah-istilah tersebut bermuara pada hakikat yang berbeda-beda.
Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas (Zainul dan Nasution, 2005: 5). Pengukuran adalah proses mengukur sejauh  mana seseorang atau sesuatu memiliki karakteristik, kualitas atau ciri tertentu (Asiaeuniversity, 2012: 256).
Secara umum evaluasi merupakan proses menentukan kelayakan atau nilai dari sesuatu melalui kajian penilaian secara cermat. SIL International (2012: 1). Jadi evaluasi bertujuan untuk menentukan suatu kinerja saat ini, dan dapat dijadikan untuk mengambil suatu keputusan dalam menerima atau menolak sesuatu. Misalnya dalam menentukan kenaikan kelas (bagi yang menganut sistem kenaikan kelas).
Tes (test) adalah pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang ciri atau atribut pendidikan atau psikologis, yang setiap butir pertanyaan atau tugas mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul dan Nasution, 2005: 3). Galagher dan Asiaeuniversity (2012) menjelaskan, bahwa tes adalah serangkaian pertanyaan atau tugas yang dirancang untuk memperoleh perilaku tertentu dari oorang yang diuji. Istilah penilaian dan tes sering digunakan secara bergantian oleh orang banyak. Namun, kata tes menyiratkan adanya instrumen kertas dan pensil yeng diberikan di bawah kondisi yang ditentukan sebelumnya yang diberikan untuk seluruh siswa.
Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan datakualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan sengaja di dalam ruang kelas. Istilah penilaian jauh lebih luas daripada pengukuran dengan tujuan untuk membuat keputusan tentang siswa baik secara kelompok maupun individu (asiaeuniversity, 2012). LDA of America (2012) menjelaskan tentang penilaian merujuk pada pengumpulan data melalui berbagai macam pengukuran termasuk instrumen dan prosedur informal dan standar. Pengukuran ini menghasilkan data kualitatif  tentang individu peserta didik. Hasil dari kemajuan monitoring secara terus-menerus dapat digunakan sebagai bagian dari penilaian kelas dan individu.
PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
  1. Keandalan
Suatu peniaian dianggap dapat diandalkan ketika hasil yang sama terjadi terlepas kapan dan siapa yang melakukan penilaian. Harus ada bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa terdapat hasil yang konsisten setelah dilakukan pengukuran berkali-kali. Ncrel (2012: 1) mengatakan bahwa reability is the fined as an indication of the consistency of scores across evaluators or over time (kendala didefinisikan sebagai suatu indikasi adanya konsistensi skor setelah penilai melakukannya beberapa kali).
Keandalan sangat ditentukan oleh estimasi jumlah kesalahan yang mengikuti skor yang diperoleh. Artinya, jika margin kesalahannya kecil, maka keandalannya tinggi . begitupun sebaliknya.
  1. Validitas
Selain kendala, prinsip lain yang berkaitan dengan penilaian adalah validitas atau kesahihan. Asiaeuniversity (2012; 258) menjelaskan bahwa validity refers to the accuracy of an assessment; whether or not in measures what is supposed to measure (Validitas merujuk pada akurasi dari suatu peniilaian; apakah alat penilaian mengukur apa yang seharusnya diukur atau tidak).
Penilaian yang valid meminimalkan konsekuensi negatif yang tidak diinginkan.

  1. Kewajaran.
Kewajaran yang dimaksud disini adalah penilaian yang tidak bias, tidak berat sebelah, atau tidak adil. Suatu penilaian seharusnya bebas dari bias gender, ras, status ekonomi atau karakteristik lain yang dapat mempengaruhi kinerja yang diukur.
PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian di mana peserta didik melakukan tugas-tugas berdasarkan dunia nyata yang mendemonstrasikan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna (Mueller, 2005). Yang dimaksud dengan penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian terhadap proses dan hasil belajar yang merefleksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui tugas-tugas aktual dan kontekstual berdasarkan kriteria yang diterapkan.
Penilaian autentik dipandang sangat penting karena beberapa alasan:
  1. Memiliki relevansi dengan pendekatan ilmiah, pembelajaran berbasis masalah, proyek, penemuan dan tematik terpadu
  2. Menggambarkan peningkatan hasil belajar melalui tahapan kegiatan seperti mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaringan dan komunikasi dalam pendekatan ilmiah.
  3. Mencakup tugas-tugas kompleks dan kontekstual.
  4. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan instrumen penilaian sendiri, melalui tim atau antara guru dan peserta didik.
  5. Melibatkan peserta didik untuk menilai dan mengukur perkembangan kemampuan, sikap dan keterampilan mereka sendiri.
  6. Memadukan konstruksi pengetahuan, pengembangan keilmuan dan pengalaman yang diperoleh peserta didik.



INSTRUMEN PENILAIAN
Australian Departement of Education and Training (2008:3) mengatakan bahwa alat penilaian adalah instrumen yang diguanakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi fakta-fakta kompetensi.
Hayat dkk. (2008) menguraikan instrumen penilaian berbasis kelas yang mencakup tes tertulis, penilaian kinerja, hasil kerja siswa, proyek, penilaian diri, sikap dan peniilaian portofolio.
  1. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes di mana soal dan jawaban dalam bentuk bahan tulisan. Secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
    1. Tes objektif, mencakup pilihan ganda, bentuk soal dengan dua pilihan jawaban yang benar, menjodohkan, isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek.
    2. Non-objektif seperti soal uraian (Salim dan Ekaningrum, 2008:2).
    1. Soal pilihan ganda (multiple choices) merupakan bentuk tes objektif yang jawabannya harus di pilih dari beberapa kemungkinan jawaban
    1. Bentuk soal dua pilihan jawaban atau dikenal dengan soal benar-salah atau ya-tidak. Artinya, peserta tes hanya diminta untuk memilih salah satu dari ke dua alternatif jawaban benar atau salah dan ya atau tidak.
    2. Bentuk soal menjodohkan (matching). Pada umumnya, soal menjodohkan atau dapat pula disebut mencocokkan terjadi ke dalam dua lajur pertanyaan ; pernyataan yang dibuat dalam lajur sebelah kiri merupakan inti atau pertanyaan soal. Adapun pernyataan sebelah kanan merupakan jawaban.
    3. Bentuk soal isian atau melengkapi (completion) adalah suatu bentuk soal yang melibatkan peserta tes untuk memberikan jawaban singkat dan padat dalam bentuk frase, kata, klause, kalimat, angka atau simbol.
    4. Bentuk soal uraian merupakan salah satu bentuk soal yang melibatkan pandangan dan gagasan peserta tes untuk mengekspresikan dan mengorganisasikan ide-ide terhadap materi yang telah mereka pelajari.
  1. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja (performance assessment) digunakan untuk menilai pemikiran tingkat tinggi dan akuisisi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang dibutuhkan bagi peserta didik.
Penilaian kinerja yang komprehensif sebaiknya dibuatkan pedoman penilaian berupa daftar cek (chek list), portofolio atau rubrik dan berbagai bentuk penilaian untuk  aktivitas lainnya. Yang paling penting adalah indikator penilaian harus benar-benar menggambarkan aspek yang dinilai sehingga semuanya menjadi terukur dan tergambarkan.
  1. Penilaian hasil kerja
Dalam bidang seni, bahasa, TIK dalam pembelaajaran, dan keterampilan penilaian hasil kerja sering dilakukan. Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap hasil karya peserta didik dan proses dalam menghasilkan karya (Hendriastuti, 2008)
  1. Penilaian proyek
Bagi guru, dosen atau instruktur yang senang menerapkan pembelajaran berbasis proyek, penilaian hasil belajar berupa proyek menjadi hal mutlak untuk dilakukan. Proyek yang dimaksud di sini adalah tugas yang diembankan kepada peserta didik untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu.
  1. Penilaian sikap
Sikap adalah evaluasi terhadap objek pikiran. Objek sikap mencakup segala sesuatu yang ada dalam fikiran seseorang mulai dari hal-hal yang biasa sampai pada yang abstrak seperti ide atau pandangan (Bonher dan Dickel, 2011).
Objek penilaian sikap tentang pembelajaran mencakup sikap peserta didik terhadap (1) mata pelajaran/ mata kuliah (2) guru/ dosen (3) proses pembelajaran (4) bahan pembelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Morisson dkk. (2007) dan Zakaria (2008) menyaraankan untuk menggunakan empat model penilaian sikap, yakni:
    1. Observasi/ Catatan pribadi
Observasi adalah kemampuan untuk memerhatikan, mencatat kejadian, atau cara melihat sesuatu, atau dapat dikatakan pengamatan langsung dengan penuh perhatian dan merekam secara sistematis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan (Yaumu dan Damopolii, 2014: 112).
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah (1) Minat (2) Perhatian (3) Keterlibatan aktif (4) Pengaruh positif

    1. Interview/ Bertanya langsung
Pendidik dapat menanyakan langsung tentang sikap peserta didik terhadap pembelajara.
    1. Angket/ Survei
dan survei adalah rangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi dari individu (Yaumi dan Damopolii, 2014).
    1. Sikap Spiritual dan Sosial
Penilaian sikap spiritual secara mendalam memang sangat sukar dilakukan, namun indikatornya dapat diamati sehari-hari. Oleh karena itu sikap spritual yang dikembangkan melalui kompetensi inti 1 (KI-1) seperti yang terdapat pada kurikulum 2013 dapat diukur dengan mengobservasi atau mengamati perilaku. Begitu pula dengan sikap sosial yang dirumuskan dengan kompetensi inti 2 (KI-2) dapat diamati melalui tindakan yang dilakukan peserta didik.

PERTANYAAN
Setelah membaca materi tentang “Mengembangkan Instumen Penilaian” dapat dipahami betapa pentingnya sebuah instrumen di dalam suatu penilaian, olehnya itu saya meminta agar kiranya dapat digambarkan bagaimana kriteria instrumen penilaian yang baik dan benar!

Kamis, 20 April 2017

MENGANALISIS KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

BAHAN DISKUSI PAI 1

Oleh 
Jumriani

Semua orang dilahirkan dengan bentuk muka dan warna kulit yang berbeda-beda sekalipun anak yang dilahirkan kembar. Mengelola perbedaan buka berarti memberikan ruang yang sebebas-bebasnya untuk mengembangkan perbedaan tanpa disertai dengan pencarian. Tetapi, mengelola perbedaan artinya menggali dan mengidentifikasi berbagai keunikan masing-masing, kemudian dibagi dan disalurkan sehingga terjadi interaksi yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Keunikan tersebut ada yang sifatnya umum atau disebut dengan karakteristik umum, dan keunikan khusus atau disebut dengan karakteristik khusus.
Karakteristuk umum seperti :
-          Perbedaan budaya, suku, agama, gender
-          Latar belakang status sosial
Karakteristik khusus seperti :
-          Perbedaan gaya belajar,
-          Perbedaan kecerdasan
-          Perbedaan lingkungan belajar
Dalam menganalisis peserta didik, Smaldino, Lowther dan Russell (2008) mengajukan empat faktor kunci yang menentukan keberhasilan yaitu :
1.      Karakteristik umum
Karakteristik umum meliputi gambaran tentang umur, jenis kelamin (gender), tingkat, dan faktor-faktor budaya dan sosial-ekonomi. Memahami keberagaman karakter peserta didik memberikan dampak yang begitu besar. Oleh karena itu, menganalisis karakteristik umum peserta didik adalah langkah strategis dalam mendesain pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan masing-masing peserta didik.
2.      Kompetensi awal
Kemampuan awal meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau belum dimiliki peserta didik, seperti pengetahuan prasyarat, kemampuan yang ditargetkan, dan sikap. Untuk mengatahui kemampuan awal dalam konsep Dick and Carey (2009) maka perlu diberikan pertanyaan informal seperti menanyakan tentang topic-topik tertenti di dalam ruang kelas.
Misalnya tes prasyarat dapat pula diberikan untuk menentukan apakah peserta didik memiliki kemampuan prasyarat yang memadai untuk memulai suatu pembelajaran atau tidak. Misalnya peserta didik yang hendak mengambil mata kuliah TIK, maka harus mengetahuai prasyarat tentang bagaimana operasi computer dan mengakses internet.
3.      Gaya belajar
Gaya belajar merujuk pada ciri-ciri psikologis yang memengaruhi bagaimana pandangan dan respon peserta didik pada berbagai stimulus yang diberikan. Ciri psikologis yang dimaksud adalah kekuatan dan kesukaan member persepsi, kebiasaan memproses informasi, motivasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya.
Pritchard (2009:41) memberikan beberapa definisi tentang gaya belajar yaitu :
1)      Cara tertentu dimana seorang individu belajar.
2)      Cara belajar
3)      Cara yang disukai atau terbaik untuk berfikir, memproses informasi dan mendemonstrasikan pembelajaran.
4)      Alat yang dipilih individu dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan
5)      Kebiasaan, strategi, atau perilaku mental yang teratur tentang belajar, khususnya pertimbangan belajar yang disajikan oleh individu.

Banyak orang membagi gaya belajar kedalam empat kategori yaitu visual, auditori, peraba, dan kinestetik. Sebagian yang lain membagi gaya belajar kedalam tiga kategiri salah satunya Connel (2005:132) yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
Pertama, peserta didik visual adalah mereka yang belajar sesuatu paling baik melalui penglihatan. Kedua, peserta didik auditori adalah mereka yang belajar sesuatu paling baik melalui pendengaran. Ketiga, belajar kinestetik atau ikenal juga dengan istilah belajar taktil (berkenaan dengan perabaan) adalah gaya belajar di mana peserta didik melakukan aktivitas secara fisik.
4.      Kecerdasan Jamak (multiple intellengences)
Kecerdasan Jamak (multiple intellengences) adalah berbagai kemampuan, keterampilan, atau bakat yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi (Yaumi, 2012:12). Pencetus teori kecerdasan jamak adalah Howard Gardner. Kecerdasan jamak mencakup kecerdasan verbal-linguistik, matematik logis, badaniah-kinestetik, visual-spasial, berirama-musik, interpersonal, intrapersonal, naturalistic, dan eksistensial-spiritual.
Kecerdasan Jamak dapat dikelompokkan ke dalam tiga wilayah atau domain yaitu :
1)      Domain Interaktif
Domain Interaktif merujuk pda kemampuan individu untuk berinteraksi dengan individu lain dengan menggunakan :
a.       Kecerdasan verbal-linguistik
b.      Kecerdasan interpersonal
c.       Kecerdasan badaniah-kinestetik
2)      Domain Analitik
Domain analitik merujuk pada kemampuan untuk berfikir logis yang melibatkan alasan-alasan rasional yang mencakup:
a.       Kecerdasan logis-matematik
b.      Kecerdasan berirama-musik
c.       Kecerdasan naturalis
3)      Domain Introspektif
Kecerdasan instropeksi dapat dicapai melalui proses afektif secara alamiah. Artinya, diperlukan keterlibatan aspek emosional untuk melihat sesuatu lebih dalam dari sekedar memandang, tetapi mampu membuat hubungan emosional antara apa yang sedang dipelajari dengan pengalaman masa lalu.
Kecerdasan Instropektif mencakup :
a.       Kemampuan visual
b.      Kecerdasan intrapersonal
c.       Kecerdasan eksistensial

Pertanyaan :
  1.  Mengapa banyak orang membagi gaya belajar ke dalam empat kategori, sedangkan bagi yang  lain dan salah satunya Connel membagi gaya belajar ke dalam tiga bagian?
  2.  Apa yang melatarbelakangi sehingga demikian?



 

Sample text

Sample Text

Sample Text